Siang hari ketika sedang membersihkan ruang tamu, ibu terkejut melihat Erni pulang sekolah dengan wajah cemberut. Erni pribadi duduk di dingklik tamu sesudah mengucapkan salam dan mencium tangan ibu. Tas dan topi sekolah Erni diletakkan begitu saja disampingnya.
Ibu lantas menghentikan pekerjaan rumahnya dan menghampiri Erni. Ibu bertanya kepada Erni dengan bunyi lembut, "Ada apa, nak? Kenapa pulang sekolah kok wajah Erni menyerupai itu?"
Erni pribadi memeluk ibunya, dan matanya berkaca-kaca hendak menangis. Ibu hanya mengelus-elus rambut buah hati tercintanya tersebut. Setelah agak tenang, Erni kemudian bercerita kepada ibu.
"Erni sebal, bu. Tadi dikelas ada anak baru, namanya Zaza. Semua anak berkenalan dengan dia. Tapi ketika giliran Erni berkenalan, Zaza tidak mau." Cerita Erni. Ibu bertanya lagi kepada Erni, "Kenapa Zaza tidak mau berkenalan dengan Erni?"
"Zaza bilang seragam Erni kumal dan dekil. Zaza tidak mau berteman dengan orang miskin.." terperinci Erni.
Ibu hanya tersenyum kecil. Kemudian ibu kembali memeluk Erni dan berkata, "Tidak apa-apa, nak. Kita memang miskin tapi bagaimanapun juga kita dilarang mengeluh. Kita harus tetap bersyukur dan mendapatkan apapun keadaan kita. Tapi Erni juga harus tahu, tidak semua orang kaya menyerupai itu. Banyak juga orang kaya yang baik hati dan dermawan. Yang penting Erni dilarang pilih-pilih dalam berteman."
Penjelasan ibu menciptakan hati Erni jadi lebih tenang. Erni kemudian bergegas ganti baju dan makan siang kemudian membantu ibu melaksanakan pekerjaan rumah.
Beberapa hari kemudian selepas waktu istirahat di sekolah, terjadi kegaduhan di kelas Erni. Rupanya Zaza kehilangan kalung liontin miliknya. Zaza menangis kebingungan, "Dimana kalung liontinku? huhuhuhu...". Ibu guru meminta tolong kepada murid-murid untuk membantu mencari kalung liontin milik Zaza. Namun sayang sekali hingga jam pulang liontin Zaza belum ketemu.
Ketika Erni hendak pulang, dia bertemu Ibu Guru di depan gerbang sekolah. Erni berpamitan dan mencium tangan Bu Guru. Tiba-tiba Erni melihat sesuatu yang berkilau dibawah semak-semak, "Apa itu ya?". Erni mendekati benda tersebut dengan penasaran. Oh ternyata itu sebuah kalung liontin. Dibalik liontin tersebut ada gesekan nama Zaza.
"Rupanya itu kalung liontin milik Zaza.", Bu Guru melanjutkan, "Alangkah lebih baik Jika Erni pribadi mengantarkannya ke rumah Zaza saja. Kebetulan Zaza tadi sudah dijemput pulang"
"Tapi, Bu...", Erni berkata dengan ragu-ragu. Erni khawatir alasannya hubungannya tidak baik dengan Zaza. Erni takut Zaza tidak mau bertemu dengannya. Bu Guru pribadi menjelaskan kepada Erni, "Tidak apa-apa, Erni. Membantu sahabat ialah hal baik. Ibu guru akan mengantarkan Erni ke rumah Zaza. Ibu Guru akan menelepon ibu Erni untuk minta ijin terlebih dahulu"
"Baiklah, Bu", kata Erni.
Setelah itu Erni dan Ibu Guru berangkat ke rumah Zaza. Sesampai disana, Erni terkejut melihat rumah Zaza. rumah Zaza besar dan halamannya luas sekali. Erni menjadi terkagum-kagum. Rasa kagum Erni seketika buyar ketika seseorang membukakan pintu rumah.
Begitu pintu terbuka, terlihatlah Zaza. Zaza terkejut melihat siapa yang datang, "Oh Ibu Guru. Silahkan masuk, bu." Zaza mempersilahkan Ibu Guru masuk. Namun Zaza pribadi cemberut ketika melihat Erni ikut serta.
Di dalam ruang tamu, Ibu Guru dan Erni disambut oleh mama Zaza, "Silahkan duduk, Bu". Mama Zaza bagus dan ramah, dan dia juga tampak anggun. Bu Guru menjelaskan maksud kedatangan mereka ke rumah Zaza, yaitu bahwa Erni telah menemukan dan bermaksud mengembalikan kalung liontin Zaza yang hilang.
Mama Zaza tersenyum dan memanggil Zaza untuk mendekat. Zaza hanya menunduk aib ketika Erni menghampiri dan menyerahkan kalung liontin miliknya. Dengan bunyi lirih Zaza berterima kasih kepada Erni, "Terima kasih, Erni."
Setelah beberapa lama, Bu Guru dan Erni berpamitan kepada Mama Zaza. Ketika Erni berada di pintu gerbang, tiba-tiba Zaza berteriak memanggil Erni. Zaza berlari menghampiri dan memeluk Erni. "Maafkan aku, Erni. Maafkan saya selama ini jahat ke kamu. Kini saya tahu betapa baiknya dirimu. maukah kau menjadi sahabatku?", tanya Zaza. Erni bahagia bukan main. "Tentu saja saya mau, Za.", jawab Erni.
Kini keduanya menjadi sepasang sahabat karib.
Beberapa hari kemudian selepas waktu istirahat di sekolah, terjadi kegaduhan di kelas Erni. Rupanya Zaza kehilangan kalung liontin miliknya. Zaza menangis kebingungan, "Dimana kalung liontinku? huhuhuhu...". Ibu guru meminta tolong kepada murid-murid untuk membantu mencari kalung liontin milik Zaza. Namun sayang sekali hingga jam pulang liontin Zaza belum ketemu.
Ketika Erni hendak pulang, dia bertemu Ibu Guru di depan gerbang sekolah. Erni berpamitan dan mencium tangan Bu Guru. Tiba-tiba Erni melihat sesuatu yang berkilau dibawah semak-semak, "Apa itu ya?". Erni mendekati benda tersebut dengan penasaran. Oh ternyata itu sebuah kalung liontin. Dibalik liontin tersebut ada gesekan nama Zaza.
"Rupanya itu kalung liontin milik Zaza.", Bu Guru melanjutkan, "Alangkah lebih baik Jika Erni pribadi mengantarkannya ke rumah Zaza saja. Kebetulan Zaza tadi sudah dijemput pulang"
"Tapi, Bu...", Erni berkata dengan ragu-ragu. Erni khawatir alasannya hubungannya tidak baik dengan Zaza. Erni takut Zaza tidak mau bertemu dengannya. Bu Guru pribadi menjelaskan kepada Erni, "Tidak apa-apa, Erni. Membantu sahabat ialah hal baik. Ibu guru akan mengantarkan Erni ke rumah Zaza. Ibu Guru akan menelepon ibu Erni untuk minta ijin terlebih dahulu"
"Baiklah, Bu", kata Erni.
Setelah itu Erni dan Ibu Guru berangkat ke rumah Zaza. Sesampai disana, Erni terkejut melihat rumah Zaza. rumah Zaza besar dan halamannya luas sekali. Erni menjadi terkagum-kagum. Rasa kagum Erni seketika buyar ketika seseorang membukakan pintu rumah.
Begitu pintu terbuka, terlihatlah Zaza. Zaza terkejut melihat siapa yang datang, "Oh Ibu Guru. Silahkan masuk, bu." Zaza mempersilahkan Ibu Guru masuk. Namun Zaza pribadi cemberut ketika melihat Erni ikut serta.
Di dalam ruang tamu, Ibu Guru dan Erni disambut oleh mama Zaza, "Silahkan duduk, Bu". Mama Zaza bagus dan ramah, dan dia juga tampak anggun. Bu Guru menjelaskan maksud kedatangan mereka ke rumah Zaza, yaitu bahwa Erni telah menemukan dan bermaksud mengembalikan kalung liontin Zaza yang hilang.
Mama Zaza tersenyum dan memanggil Zaza untuk mendekat. Zaza hanya menunduk aib ketika Erni menghampiri dan menyerahkan kalung liontin miliknya. Dengan bunyi lirih Zaza berterima kasih kepada Erni, "Terima kasih, Erni."
Setelah beberapa lama, Bu Guru dan Erni berpamitan kepada Mama Zaza. Ketika Erni berada di pintu gerbang, tiba-tiba Zaza berteriak memanggil Erni. Zaza berlari menghampiri dan memeluk Erni. "Maafkan aku, Erni. Maafkan saya selama ini jahat ke kamu. Kini saya tahu betapa baiknya dirimu. maukah kau menjadi sahabatku?", tanya Zaza. Erni bahagia bukan main. "Tentu saja saya mau, Za.", jawab Erni.
Kini keduanya menjadi sepasang sahabat karib.
0 Response to "Kalung Persahabatan"
Post a Comment